Para perempuan, pada masa pergerakan nasional juga turut serta dalam berorganisasi. Terinspirasi dari kumpulan surat-surat dari R.A Kartini yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, kemudian terjadilah emansipasi perempuan di Indonesia. Perempuan tidak hanya tinggal di rumah, melainkan para perempuan juga turut aktif dalam pergeakan nasional. Salah satunya adalah dengan cara mendirikan organisasi perempuan.
- Putri Mardika (1912) yang merupakan bagian dari organisasi Budi Utomo. Putri Mardika mendampingi para perempuan dalam pendidikan, memberikan beasiswa, dan menerbitkan majalah sendiri.
- Kartini fonds yang diprakarsai oleh Ny Van Deventer. Salah satu usaha dari Kartini Fonds adalah mendirikan sekolah-sekolah yang disebut dengan Sekolah Kartini di berbagai kota seperti Batavia, Cirebon, Semarang, Madiun dan Surabaya.
- Kautamaan Istri (1913) di Tasikmalaya yang dipimpin oleh Dewi Sartika bertujuan mendirikan sekolah anak-anak remaja putri, sekolah perempuan di Cianjur (1916), Ciamis (1916), Sumedang (1916), dan Cicurug (1918). Selanjutnya juga berdiri sekolah-sekolah Kartini di Jakarta (1913), Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917), dan kota-kota lain.
- Kerajinan Amai Setia (KAS) di Sumatera Barat, yang diketuai Rohana Kudus. Organisasi itu bertujuan untuk meningkatkan derajat wanita dengan belajar membaca dan menulis, baik huruf Arab maupun Latin. Juga belajar membuat kerajinan tangan, mengatur rumah tangga, dan pada 1914 Kerajinan Amai Setia itu berhasil mendirikan sekolah perempuan pertama di Sumatera Barat.
- Aisyiah (1914) diketuai oleh Siti Wardiah (Ny Ahmad Dahlan) yang merupakan organisasi wanita bagian Muhammadiyah. Bergerak dalam bidang pendidikan wanita.
0 komentar:
Posting Komentar