Teori Big Bang merupakan salah satu teori pembentukan alam semesta yang sangat luar biasa. Meskipun banyak teori serupa, namun Big Bang Theory lebih banyak dibicarakan oleh para ahli karena terdapat banyak penjelasan masuk akal di dalamnya. Dalam bahasa Indonesia, Big Bang sendiri berarti ‘Ledakan Besar/Dahsyat” atau “Dentuman Besar”.
Secara teoritis, Big Bang Theory adalah peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta berdasarkan kajian kosmologi tentang pembentukan dan perkembangan awal jagad raya. Pada teori ini, awalnya alam semesta berada dalam kondisi yang sangat padat dan panas. Kemudian pada proses selanjutnya, bentuk tersebut mengalami pengembangan secara terus menerus hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut ini.
Sejarah Big Bang Theory
Teori Big Bang |
Pada tahun 1912, Vesto Slipher merupakan orang pertama yang berhasil mengukur efek Doppler pada Nebula Spiral, yakni sebuah istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan Galaksi Spiral. Mulai dari sinilah Big Bang Theory bekembang. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan yang melakukan pengamatan teoritis terhadap struktur alam semesta.
Sepuluh tahun berselang, muncul ahli matematikawan dan ahli kosmologis asal Rusia bernama Alexander Friedman. Ia menunjukkan bahwa jagad raya mengembang sehingga berlawanan dengan teori alam semesta statis yang pernah diutarakan oleh Einstein. Berturut-turut, pada tahun 1924 Edwin Hubble meneruskan penelitian model Nebula. Kemudian di tahun 1927, Georges Lemaitre mendukung pendapat bahwa resensi nebula yang diungkapkan oleh Alexander Friedman, yakni alam semesta selalu mengalami perkembangan.
Berlanjut dengan penelitian Lemaitre di tahun 1931, ia mengungkapkan bahwa proses perkembangan alam semesta akan terus berlanjut hingga mencapai sebuah titik yang dinamakan atom purba. Titik atom purba merupakan kondisi dimana ruang dan waktu berasal. Kemudian akhirnya muncul penelitian-penelitian lain yang mengarah pada persetujuan tentang Big Bang atau Ledakan Besar yang menjadi awal mula dari terbentuknya alam semesta.
Pengamatan Hukum Humble
Terdapat beberapa bukti pengamatan yang mendukung Big Bang Theory, salah satunya yakni pengamatan terhadap galaksi yang membuktikan bahwa objek tersebut, galaksi, melakukan pergeseran dan memancarkan warna merah. Pergeseran yang dialami oleh galaksi-galaksi tersebut terjadi secara merata pada semua galaksi yang dapat dipantau. Pergeseran tersebut diakibatkan oleh proses pengembangan alam semesta berdasarkan waktu cahaya galaksi itu sendiri dan waktu cahaya dipancarkan.Singkatnya, hukum Humble mempunyai 2 penjelasan. Pertama yakni manusia berada pada titik pusat pengembangan dimana galaksi tersebut tak mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip Copernicus. Kedua, alam semesta mengembang secara merata pada sejala penjuru arah. Contohnya layaknya balon, semakin diisi oleh udarah, maka balon tersebut akan semakin mengembang dan akhirnya kembali pada titik atom awal sehingga akhirnya meletus, kembali pada kondisi awal ruang dan waktu.
Gelombang Mikro Kosmis merupakan Latar Belakang Radiasi
Pada awal terbentuknya alam semesta, alam semesta berada pada kondisi keseimbangan termal. Keseimbangan termal tersebut membuat foton yang berkesinambungan lalu dipancarkan serta diserap sehingga menghasilkan radiasi spectrum. Setelah itu, terjadilah ledakan teori Big Bang, yang menjadikan suhu atau temperature alam semesta menurun drastis sehingga foton tak dapat diciptakan ataupun dihancurkan.
Dengan foton yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan, maka foton terus dipantulkan dari elektron-elektron bebas. Hal inilah yang menjadi asal mula terbentuknya alam semesta.
Dengan foton yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan, maka foton terus dipantulkan dari elektron-elektron bebas. Hal inilah yang menjadi asal mula terbentuknya alam semesta.
Kelimpahan Unsur Primordial
Unsur Primodial |
Berdasarkan Big Bang Theory, manusia dapat memperkirakan semua konsentrasi yang terdapat di alam semesta berbanding dengan banyaknya hydrogen. Konsentrasi-konsentrasi tersebut yakni helium-7, helium-4, dan helium-3. Sedangkan perbandingan Rasio perbandingan pada prediksi ini adalah 0.25 untuk 4He/H, 10-9 untuk 7Li/H, 10-4 untuk 3He/H, dan 10-3 untuk 2H/H. Prediksi-prediksi tersebut sesuai dengan hasil pengukuran.
Idealnya, antara prediksi dan hasil pengukuran tersebut terbilang cukup baik untuk deuterium. Meskipun sebenarnya masih terdapat perbedaan-perbedaan kecil yang dapat terlihat, yakni 7Li dan 4He. Rasio prediksi ini memang tak sepenuhnya benar, namun dengan prediski tersebut, maka bukti Big Bang Theory dapat dijelaskan sebagai proses awal mula terbentuknya alam semesta.
Itulah beberapa bukti pendukung yang dapat dijadikan acuan pada Big Bang Theory. Meskipun hingga saat ini masih bermunculan penelitian-penelitian yang ingin membuktikan bagaimana awal mula atau pemicu terjadinya ledakan besar. Semoga ulasan tentang teori Big Bang ini bermanfaat bagi Anda.
© Teori Big Bang dan Bukti-Bukti Pendukungnya
Source: https://www.amuzigi.com/2018/04/teori-big-bang-dan-bukti-bukti.html
0 komentar:
Posting Komentar