Ada banyak fakta ilmiah dan fenomena alam yang telah disebutkan dalam Alquran. Padahal kitab suci pedoman umat Islam ini turun pada 14 abad yang lalu ketika ilmu pengetahuan dan teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang. Salah satunya adalah peristiwa penciptaan alam semesta dalam teori Big Bang.
Tentang Teori Big Bang
Dalam teori ini, awal mula alam semesta ini berbentuk satu massa yang besar (nebula primer). Kemudian terjadilah dentuman besar atau ledakan pemisah sekunder (Bing Bang) yang mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lainnya.
Teori Big Bang memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat tentang penciptaan alam semesta. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1927. Orang yang pertama kali memperkenalkan teori Big Bang adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Roma Belgia, meski ia menyebutnya sebagai hipotesis atom purba.
Kerangka model teori Big Bang bergantung pada teori Relativitas Umum Albert Einstein dan beberapa perkiraan sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori Ledakan Dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann.
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang dengan cara pemisahan satu dengan yang lain.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa jika alam semesta terbentuk melalui ledakan raksasa, maka sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan itu haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi itu juga harus tersebar merata di semua penjuru alam semesta.
Bukti yang “seharusnya ada” itu pada akhirnya memang ditemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang itu tanpa sengaja. Radiasi tersebut, yang dinamakan radiasi latar kosmis, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa, dan diketahui sebagai sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi Nobel untuk penemuan mereka.
Bukti ilmiah adanya ledakan besar sesuai teori Big Bang ini juga telah dipaparkan oleh NASA. Pada 1989, George Smoot bersama Tim NASA meluncurkan satelit untuk meneliti asal mula alam semesta. Lewat instrumen sensitif yang disebut COBE (Cosmic Background Emission Explorer), penelitian itu mengungkapkan bahwa terdapat sisa-sisa ledakan besar alam semesta.
Dari hasil penelitian itu, sebagian besar ilmuwan mulai percaya teori Big Bang. Bukti lain kebenaran teori Big Bang adalah berhasil ditemukannya jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Hasil penelitian yang dilakukan mengungkap bahwa campuran unsur hidrogen dan helium di alam semesta sesuai perhitungan teoritis jika terjadi ledakan besar.
Sebelumnya, pada tahun 1925, Edwin Hubble mempersembahkan bukti pengamatannya bahwa semua galaksi bergerak saling menjauhi satu sama lain. Temuan astronom Amerika Serikat bahwa alam semesta mengembang itu sekaligus menegaskan kebenaran teori big bang.
Teori big bang menyebutkan bahwa dulunya alam semesta merupakan massa besar dan kemudian terpisah oleh sebuah ledakan besar. Konsekuensi dari teori ini, semestinya galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi. Itulah yang kemudian ditemukan oleh Edwin Hubble.
Dari berbagai fakta ilmiah, akhirnya teori Big Bang mendapatkan persetujuan dunia ilmiah. Dalam sebuah artikel yang dimuat pada Oktober 2014, Scientific American menuliskan bahwa teori Big Bang adalah satu-satunya teori yang dapat menjelaskan asal mula alam semesta.
Penjelasan Alquran tentang Big Bang
Jauh sebelum teori Big Bang ini ada, Alquran sudah menyebutkan tentang awal penciptaan alam semesta. Padahal ketika itu, tidak ada teleskop untuk mengamati luar angkasa. Ilmu astronomi pun belum berkembang seperti saat ini.
Dalam Alquran Surat Al Anbiya’ ayat 30, Allah SWT berfirman:
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?”
Kata ratq dalam ayat tersebut diartikan sebagai suatu yang padu digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan Kami pisahkan antara keduanya adalah terjemahan kata Arab fataqa, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari ratq.
Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat fatq. Keduanya lalu terpisah (fataqa) satu sama lain. Segala sesuatu, termasuk langit dan bumi yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan ratq ini.
Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk fataqa (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Lalu ada kalimat “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Kita mengetahui bahwa segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Alquran.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain.
Selanjutnya dalam Alquran Surat az-Zariyat [51]:47) Allah SWT. “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
Kata langit di sini digunakan dengan arti alam semesta. Alquran menyebutkan bahwa alam semesta mengalami perluasan atau mengembang. Inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sebelumnya, pandangan yang umum diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus mengembang.
Dr. Zakir Naik dalam bukunya Miracles of Al Quran and As Sunnah mengatakan, kesesuaian yang harmoni antara Alquran dan teori Big Bang adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan. “Sungguh menakjubkan! Bagaimana mungkin sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1.400 tahun silam mengandung kebenaran ilmiah yang mendalam”
Kemudian Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History of Time menyebutkan bahwa penemuan fakta ilmiah alam semesta senantiasa berkembang adalah sebuah revolusi intelektual abad ke-20. Alquran menyebutkan fakta ilmiah ini jauh sebelum manusia belajar membuat sebuah teleskop.
Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa penemuan fakta astronomi dalam Alquran bukanlah sesuatu yang mengherankan karena orang Arab dikenal maju dalam bidang astronomi. Pengakuan mereka jika orang Arab unggul dalam astronomi memang benar, tapi Al Quran mengungkapkan fakta ilmiah ini berabad-abad sebelum orang Arab unggul dalam astronomi.
Subhanallah, semoga menambah ghairah untuk terus belajar dan mendalami ini kandungan Alquran.
Wallahu’alam bishawab
Sumber:
‘Alquran vs Sains Modern, Addeen, Baitul Maqdis
Ensliklopedi Islam, Mukjizat Al-Qur’an (Penciptaan Alam Semesta), 2010. Jakarta.
The Qur’aan and Modern Science (Compatible or Incompatible)
diambil dari https://www.aksaraumroh.net/sebelum-teori-big-bang-alquran-sudah-jelaskan-awal-penciptaan-alam-semesta/